IBU
Seorang malaikat tanpa sayap yang tak pernah mengharapkan balasan apapun dari seorang manusia yang dikandungnya dan dilahirkannya, yang disebut anak. Dan akulah yang disebut anak. Ibuku adalah seorang wanita yang sangat baik dan sangat sabar. Ibuku seorang yang sangat mencintai kesederhanaan. Ibuku tak pernah memakai perhiasan yang mahal hanya untuk mempercantik diri. Karna menurutnya, cantik itu bukan dari penampilan tetapi dari hati dan perbuatan. Itu yang selalu aku ingat dan menjadi salah satu pedoman hidupku.
Ibu tak pernah mengeluh, dan lelah untuk merawat dan mendidik buah hatinya agar menjadi manusia yang baik. Itulah mulianya seorang ibu. Keringat yang menetes saat mengandung, melahirkan, merawat hingga dewasa, dan mengerjakan semua pekerjaan rumah bagaikan setetes air dari surga yang sangat berharga. Ibuku wanita yang hebat dan cantik.
Aku adalah anak yang dilahirkannya pada 23 Desember 1998. Susah payah ibu mengeluarkanku tanpa ditemani oleh ayahku. Aku dirawatnya hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan didikan yang sangat berharga. Dan aku, belum bisa membalas kebaikan ibuku. Aku hanya bisa membuat ibuku marah, kesal, dan lelah atas sikap dan kelakuanku. Aku sadar, aku bukan anak yang baik. Aku selalu membuat ibuku marah. Saat ibuku marah, selalu aku menangis dibelakang ibuku. Aku benci dengan diriku sendiri. Dalam hati aku berkata "Kenapa aku ini?! selalu membuat ibu marah! bodoh!" . Ingin aku membuat ibuku bangga dengan anaknya. Dan membalas rasa kecewa ibuku terhadap kakakku.
Miris rasanya jika mengingat apa yang telah dilakukan kakakku dan akhirnya membuat ibu dan ayah kecewa. Aku kasihan melihat ayah dan ibu saat itu. Apalagi saat aku melihat ayahku menangis diatas sajadah. Aku sangat tidak tega melihatnya, ingin aku peluk tapi aku tidak ingin melihat air mata ayahku didepan mataku. Dan saat kejadian itu, aku sangat dilema. Aku benci dengan kakakku, tetapi aku juga kasihan dengannya. Karna dia, hidup yang sekarang berbeda jauh dengan yang dulu.
Hidupku yang sekarang, banyak sekali orang-orang yang meremehkan orangtuaku karna menurut mereka orangtuaku tidak bisa mendidik anaknya dengan baik. Dan aku sangat kesal dengan mereka-mereka yang munafik dan selalu membicarakan dan menertawakan orangtuaku. Sakit rasanya melihat orangtuanku diperlakukan seperti itu. Tapi aku coba meredamkan emosiku, mencoba bersabar dengan semua omongan orang. Karna ibu selalu menyuruhku untuk ikhlas, karena ikhlas selalu membuat kita tenang dan hati kita bersih.
Aku hanya diam, diam, dan diam saat banyak dari mereka yang menyindir tentang keadaan kakakku. Malu, marah, kecewa, benci.. itu yang aku rasakan saat itu. tetapi hebatnya ibuku, dia tak sedikitpun mengeluh. Ibu selalu sabar dan ikhlas dengan semua yang sudah terjadi. Karna menurutnya, dengan cobaan ini berarti Allah sangat menyayangi keluargaku. Karna tanpa masalah, tidak akan pernah menjadikan seorang menjadi lebih baik. Dan dengan adanya masalah, bisa memndekatkan diri pada Allah.
Sekarang aku sudah dewasa, dan aku ingin membuat orangtuaku bangga, terutama ibuku. Walaupun aku selalu membuatnya marah, tapi aku akan berusaha agar bisa menjadi anak yang paling membanggakan. Dan aku akan membuktikan pada semua orang yang telah menghina dan menertawakan orangtuaku, bahwa orangtuaku adalah orangtua yang hebat yang bisa mendidik anaknya dengan baik dan menjadi seorang yang sukses. Terima kasih ibu karnamu aku bisa menjadi orang yang selalu berbuat baik, bersabar, ikhlas, taat beribadah, dan tidak pernah membalas perbuatan orang yang sudah mendzalimiku dengan keburukan.
Terima kasih banya ibu.. aku janji akan menaikan derajat ibu dan ayah. Pasti..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar